PEMBAHASAN
MATERI KELOMPOK 5
“MEMAHAMI
KARAKTERISTIK ANALISIS WACANA KRITIS”
1.
Lia Rizky Amalia (A1B110014)
2.
M. Kifliansyah (A1B110008)
3.
M. Zainal Abidin (A1B110030)
4.
Mina Emylia Olfah (A1B110004)
A.
Definisi
Analisis Wacana Kritis
Analisis
wacana kritis menggunakan pendekatan kritis dalam menganalisis bahasa tidak
saja dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks.
Konteks yang dimaksud adalah untuk tujuan dan praktik tertentu.
Pengertian
analisis wacana yang bersifat kritis yaitu suatu pengkajian secara mendalam
yang berusaha mengungkap kegiatan, pandangan, dan identitas berdasarkan bahasa
yang digunakan dalam wacana tersebut.
B.
Karakteristik
Analisis Wacana Kritis
Di
dalam analisis wacana kritis, wacana tidak dipahami semata-mata sebagai suatu
studi bahasa. Analisis wacana menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi
bahasa yang dianalisis relatif berbeda
dengan studi bahasa dalam pengertian
linguistik tradisional. Bahasa yang dianalisis bukan semata-mata dari aspek
kebahasaan, melainkan juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks yang
dimaksud digunakan untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk didalamnya
praktik kekuasaan untuk memarginalkan individu atau kelompok tertentu.
Menurut
Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana sebagai bentuk dan
praktik sosial. Wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan
dialektis di antara peristiwa wacana tertentu dan situasi, institusi, dan
struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana bisa jadi menampilkan
ideologi: ia dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak
berimbang anatar kelas sosial, laki-laki dan perempuan, kelompok mayoritas dan
minoritas. Melalui perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang
ditampilkan. Melalui wacana, sebagai contoh, dalam sebuah wacana keadaan yang
rasis, seksis, atau ketimpangan kehidupan sosial dipandang sebagai suatu common sense, suatu kewajaran atau
alamiah, dan memang seperti kenyataannya.
Analisis
wacana kritis melihat bahasa sebagai
faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan
kekuasaan yang terjadi dalam masyarakat. Berikut ini disajikan karakteristik
penting dari analisis wacana kritis yang disajikannya oleh Eriyanto dari
tulisan Van Dujik, Fairclough, Wodak.
1.
Tindakan
Wacana
dipahami sebagai sebuah tindakan (action). Dengan pemahaman semacam itu, wacana
diasosiasikan sebagai bentuk interaksi. Wacana bukan ditempatkan seperti dalam
ruang tertutup dan internal. Orang berbicara atau menulis bukan ditafsirkan
seperti ia menulis atau berbicara untuk dirinya sendiri, seperti orang yang
sedang mengigau di bawah hipnotis. Seseorang berbicara, menulis, dan
menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain.
Dengan pemahaman sperti itu, terdapat beberapa
konsekuensi di dalam memandang wacana. Pertama,
wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk memengaruhi,
mendebat, membujuk, menyanggah, bereaksi, dan sebagainya. Seseorang berbicara
atau menulis mempunyai maksud tertentu, besar aupun kecil. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara
sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang diluar kendali atau diekspresikan di luar
kesadaran.
2.
Konteks
Analisis
wacana kritis mempertimbangkan konteks wacana, seperti latar, situasi,
peristiwa, dan kondisi. Wacana dalam hal ini diproduksi, dimengerti, dan
dianalisis pada suatu konteks tertentu. Merujuk pada pandangan cook, analisis
wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi: siapa yang mengomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan situasu apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe dari
perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap masing-masing pihak.
Konteks
memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan memengaruhi
pemakaina bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks
tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya. Adapun wacana di
sini, kemudian dimaknai sebagai teks dan
konteks bersama-sama. Titik perhatian analisis wacana ialah menggambarkan teks
dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi di sini
dibutuhkan tidak hanya proses kognisi dalam arti umum, tetapi gambaran juga
spesifik dari budaya yang dibawa. Studi mengenai bahasa di sini memasukkan
konteks, karena bahasa selalu berada dalam konteks dan tidak ada tindakan
komunikasi tanpa partisipan, interteks,
situasi, dan sebagainya.
Wacana
tidak dianggap sebagai wilayah yang konstan, terjadi di mana saja dan dalam
situasi apa saja. Wacana dibentuk sehingga harus ditafisrkan dalam kondisi dan
situasi yang khusus. Tidak semua konteks dimasukkan dalam analisis, hanya yang
relevan dan berpengaruh atas produksi dan penafsiran teks yang dimasukkan ke
dalam analisis. Beberapa konteks yang penting karena bepengaruh terhadap
produksi wacana. Pertama, jenis
kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnik, agama, dalam banyak hal relevan
dalam menggambarkan wacana. Kedua,
setting sosial tertentu, seperti tempat, waktu, posisi pembicara dan pendengar
atau lingkungan fisik adalah konteks yang berguna untuk mengeti suatu wacana. Setting, seperti tempat privat atau
publik, dalam suasana formal atau informal, atau pada ruangan tertentu akan
memberikan wacana tertentu pula.
3.
Histori
Menempatkan
wacana dalam konteks sosial tertentu berarti wacana diproduksi dalam konteks
tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang
menyertainya. Saah satu aspek yang penting untuk bisa mengerti suatu teks ialah
dengan menempatkan wacana tersebut dalam konteks historis tertentu. Misalnya,
kita melakukan analisis wacana teks selebaran mahasiswa yang menentang Suharto.
Pemahaman mengenai wacana teks tersebut hanya
dapat dapat diperoleh
apabila kita dapat memberikan konteks historis di mana teks tersebut dibuat.
Misalnya, situasi sosial politik, suasana pada saat itu. Oleh karena itu, pada
waktu melakukan analisis diperlukan suatu tinjauan untuk mengerti mengapa
wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang
digunakan seperti, dan seterusnya.
4.
Kekuasaan
Analisis
wacana kritis juga dipertimbangkan elemen ekuasaan (power) di dalam
analisisnya. Konsep kekuasaan
adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat. Misalnya,
kekuasaan lai-laki dalam wacana mengenai seksisme atau kekuasaan perusahaan
yang berbentuk dominasi pengsaha kelas atas kepada bawaha, dan sebagainya.
Pemakai bahasa bukan hanya pembicara. Penulis, pendengar, atau pembaca., ia
juga bagian dari anggota sosial tertentu, bagian dari kelompok profesional,
agama, komunitas atau masyarakat tertentu.
Kekuasaan,
hubungannya dengan wacana ialah sebagai suatu kontrol. Satu orang atau kelompok
mengontrol orang atau kelompok lain melalui wacana. Kontrol yang dimaksud dalam
konteks ini tidak harus selalu dalam bentuk fisik dan langsung, tetapi juga
kontrol secara mental atau psikis. Kelompok yang dominan mungkin membuat
kelompok lain bertindak sesuai dengan yang diinginkannya.
Kelompok
dominan lebih mempunyai akses seperti pengetahuan, uang, dan pendidikan
dibandingkan dengan kelompok yang tidak dominan. Bentuk kontrol terhadap wacana
tersebut dapat bermacam-macam, dapat berupa kontrol atas konteks yang secara
mudah dapat dilihat dari siapakah yang boleh dan harus berbicara, sementara
siapa pula yang hanya bisa mendengar dan mengiyakan.
5.
Ideologi
Sebuah
teks tidak pernah lepas dari ideologi dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi
pembaca ke arah suatu ideologi. Kaitannya dengan budaya kritis, ideologi
menjadi salah satu perhatian selain kesadaran dan hegemoni. Menurut Lull dalam
Sobur, ideologi adalah sistem ide-ide yang diungkapkan di dalam komunikasi.
Ideologi
merupakan suatu konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis.
Hal tersebut karena tek percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari suatu
praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Analisis wacana tidak
dapat menempatkan bahasa secara tertutup, tetapi harus melihat konteks terutama
bagaimana ideologi dari kelompok-kelompok yang ada tersebut berperan dalam
membentuk wacana. Dalam teks berita misalnya, dapat dianalisis apakah teks yang
muncul tersebut merupakan pencerminan dari ideologi seseorang apakah dia
feminis, antifeminis, kapitalis, sosialis, dan sebagainya.
Sumber:
Badara,
Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori,
Metode, dan Penerapannya
pada Wacana Media.
Kendari: Kencana.